Benteng pertahanan lengkap dengan senjata meriam, peninggalan Jepang, berada di pusat kota tua Kendari Sulawesi Tenggara ini pernah menjadi saksi dahsyatnya perang dunia kedua. Bunker bersejarah tersebut, sudah di tetapkan menjadi cagar budaya nasional kota Kendari sejak tahun 2010 silam. Salah satu goa peninggalan jepang ini berada disekitar muara teluk Kendari, terdapat di kaki sebuah bukit di kelurahan Mata kota tua pelabuhan nusantara di kota lama Kendari Sulawesi Tenggara.
Di tengah mulut bungker peninggalan jepang berukuran 3 x 4 meter ini terdapat meriam, masih lengkap dengan dudukannya. Sekalipun sudah tidak berfungsi, namun meriam dengan panjang laras sekitar 3 koma 5 meter dan diameter mulut meriam sebesar 10 cm masih terlihat utuh. meriam ini terbuat dari besi baja hitam tahan karat, dengan posisi meriam menghadap persis ke laut. Diduga pada perang duania kedua bunker dan meriam pertahanan jepang ini digunakan untuk menghalau kapal-kapal sekutu yang akan masuk dari laut. Saat masih bisa digunakan dalam keadaan normal, tampaknya meriam ini dapat digerakkan kanan-kiri hingga 180 derajat dan bergerak 60 derajat ke atas. Di ujung meriam, juga terdapat catatan huruf kode senjata yang masih bisa dibaca.
Selain terdapat meriam, di bunker jepang ini juga terdapat tiga goa yang menurut kepercayaan masyarakat sekitar bisa tembus hingga bunker lainnya di teluk pertamina. Bunker Jepang yang kedua tersebut konon posisinya sengaja di hadapkan ke atas digunakan untuk menembak pesawat musuh.